Minggu, 23 Oktober 2011

Belajarlah dari Domba yang Bodoh!


Ada sepasang suami isteri, di dalam Tuhan boleh dikatakan lumayan, mereka cukup bergairah bekerja untuk Tuhan. Tetapi tidak lama kemudian, anak kesayangan mereka meninggal dunia. Kemudian, dengan penuh amarah mereka berkata, “Mulai sekarang kami berdua tidak mau melayani Allah lagi. Kami telah dengan setia melayaniNya, Dia bukan saja tidak memberkati, malah membuat anak kami mati.” Demikianlah mereka kemudian menempuh penghidupan sehari-hari dengan sesukanya sendiri, tidak lagi seperti dulu bergairah melayani, tidak mau menuntut kemajuan rohani. Demikianlah waktu berlalu sekitar 8 sampai 9 tahun.
Pada suatu hari, si suami sedang berjalan di suatu belantara, terlihatlah olehnya seorang penggembala domba yang akan menyeberangkan kawanan domba melewati sebuah anak sungai. Pada masa itu, umumnya di anak sungai di desa-desa tidak ada jembatan yang baik, hanya ada papan-papan yang melintang yang menghubungkan kedua tepian. Bagi manusia, jembatan “darurat” itu masih boleh, tetapi bagi hewan, dalam hal ini kawanan domba, sangatlah sulit; karena domba adalah hewan yang penakut lagi bodoh. Sebab itu meskipun gembala itu mencambuk dan mendorongnya, mereka tetap tidak berani menyeberang. Gembala itu kehabisan akal, akhirnya diangkatnya seekor anak domba kecil yang sangat disayangi oleh induk domba, digendongnya domba kecil itu dan ia menyeberangi jembatan itu. Demi dilihat induk domba itu bahwa anaknya yang disayangi dibawa ke seberang, segera ia memberanikan diri menempuh bahaya untuk mengikutinya, kemudian kawanan domba yang lainpun ikut menyeberang.
Begitu melihat kejadian ini, si suami segera berkata, “Cukuplah.” Sejak hari itu dia kembali dibangunkan. Di kemudian hari ia bersaksi, “Karena Allah tidak menghendaki aku tertinggal di seberang sungai ini, maka Dia telah membawa anakku menyeberang lebih dulu. Domba yang begitu bodoh saja mengetahui dan akhimya ikut menyeberang, mengapa aku masih saja berlambat-lambatan dan tidak mau segera menyeberang?”
Sumber: Literatur Yasperin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar