Sabtu, 14 Januari 2012

Laba-Laba, Lebah, dan Semut

Coba rusak jaring laba-laba dan dengan segera dibuat lagi. 
Ambil madu lebah maka dengan cepat mereka buat sarang baru yang menghasilkan madu.
Coba hancurkan rumah semut maka dalam waktu singkat mereka akan sibuk menuntaskannya.

Laba-laba, lebah, dan semut memberikan inspirasi kepada kita tentang bagaimana menghadapi kerasnya kehidupan ini dengan satu tekad : " PANTANG MENYERAH " dan " MULAILAH BANGKIT !! ". 
Jangan pernah menyerah jika sedang berusaha meraih impian. Tidak ada alasan untuk menyerah. Orang yang gagal selalu mencari-cari alasan, tapi orang yang berhasil selalu mencari jalan.
Tahukah bahwa kita berhasil dalam hidup ini tidak hanya sekedar berada pada tempat dan waktu yang tepat, tapi juga berada pada waktu dan tempat yang salah, namun tidak pernah menyerah.
Kita boleh saja memiliki impian yang besar. Tapi tanpa semangat, kerja keras, ketabahan hati, tahan uji, pantang menyerah, maka impian itu hanyalah sebuah fantasy atau khayalan belaka. Kita tak akan pernah melihat impian itu menjadi nyata dalam hidup ini.
Kita hanya bisa menikamati impian dalam pikiran atau imajinasi saja.
Ketika putus asa, ragu, lelah, atau hampir diambang kegagalan, ingatlah kembali akan impian yang ingin diraih. Impian itu akan menjadi sumber inspirasi yang akan selalu menguatkan kita dan memberi sebuah motivasi yang besar.
Hidup ini memang keras tetapi bukan berarti harus menyerah begitu saja tanpa mencoba cara yang lain. Biarlah kesuksesan yang ditemukan pada diri prang lain menjadi cambuk untuk kita bangkit kembali. Kalau mereka bisa berhasil kenapa kita tidak bisa seperti mereka.

JANGAN PERNAH MENYERAH SAHABAT !!
TERUSLAH BERJUANG...
IT`S A LIFE, YOUR LIFE, MY LIFE, OUR LIFE...

Rabu, 11 Januari 2012

Hendaklah Kamu Selalu Rendah Hati, Lemah Lembut dan Sabar

“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua” (Ef4:2-6).

Ada tiga keutamaan yang diharapkan kita hayati atau laksanakan dalam hidup sehari-hari sebagai orang beriman, yaitu “rendah hati, lemah lembut dan sabar”. Maka baiklah secara sederhana dan mungkin tidak sempurna saya coba menguraikan tiga keutamaan tersebut:

1) “Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit” Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kerendahan hati hemat saya merupakan keutamaan dasar yang mendasari keutamaan-keutamaan lainnya serta kebalikan dari kesombongan. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan dalam hal penghayatan kerendahan hati ini.

2) “Lemah lembut kiranya memperkuat atau memperteguh kerendahan hati. Orang yang lemah lembut antara lain nampak dalam cara bicara/wacana maupun bertindak yang sopan, enak didengarkan maupun dilihat, sehingga pribadi yang bersangkutan sungguh menarik dan memikat. Lemah lembut bersumber dari hati, yang penuh syukur dan terima kasih, karena segala sesuatu yang ada padanya merupakan anugerah Allah.

3) “Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah” (ibid hal 24). Kesabaran pada masa ini rasanya mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang kurang atau tidak sabar, antara lain dapat dilihat dan dicermati di jalanan dimana para pengendara atau pemakai jalan yang melanggar aturan lalu lintas, di dalam pergaulan muda-mudi yang bebas tanpa kendali akhirnya terjadi kehamilan sebelum/diluar nikah atau perkawinan.

Dengan dan melalui penghayatan tiga keutamaan di atas diharapkan terjadilah kesatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati di antara kita: satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua. Sekali lagi saya angkat dan ingatkan bahwa kesatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati ini hendaknya pertama-tama terjadi di dalam keluarga, antara suami-isteri, anak-anak dan seluruh anggota keluarga. Penghayatan akan kesatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati rasanya pada masa ini dapat menjadi ‘nabi’, dan siapapun yang melihat atau kena dampak cara hidup dan cara bertindak itu akan berkata :”dia ini benar-benar nabi yang akan datang di dunia ini”. Dengan kata lain penghayatan kesatuan, persaudaraan atau persahabatan sejati merupakan bentuk tugas perutusan berupa teladan atau kesaksian, yang utama dan pertama.




Senin, 05 Desember 2011

Kisah Kapak Yang Kehilangan Kekuatannya

Seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon. Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon.

Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu.”

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon.

Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan.

“Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawab kan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa.

Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya,
“Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”

“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga,” kata si penebang.

“Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun," kata sang majikan.
"Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan.

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.

"Istirahat bukan berarti berhenti. Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi."

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.

Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru.


Sumber : BungaKurnia.com

Jumat, 25 November 2011

6 Cara Untuk Membangun Hidup Yang Mennyenangkan

1. Hidup Sederhana 

Akan selalu ada godaan untuk meninggalkan masa depan untuk kepuasan sesaat. Kita semua ingin menikmati teknologi baru, tinggal di kemewahan kota, atau mengambil pinjaman untuk membeli mobil mewah yang jelas jelas kita tidak mampu membelinya tetapi dipaksakan. 

Mungkin kita merasa hebat saat itu tetapi percayalah anda akan menyesali nya. Jadi nikmatilah hidup sederhana anda, menabunglah sebanyak anda bisa. Barang mahal tidak menciptakan kebahagiaan abadi dan keamanan.



2. Buatlah Uang Yang Bekerja Untuk Anda

Menabung sangat bagus, tabungan yang menghasilkan tentu lebih bagus lagi. Investasi yang baik dapat anda jadikan prediksi untuk usia pensiun anda, apakah saat umur 40 tahun atau 60 tahun ?

Investasi yang bijaksana adalah jalan pasti menuju kemandirian finansial dan yang dapat diandalkan semua orang


3. Teruslah Belajar

Untuk menjadi bahagia kita membutuhkan 'pertumbuhan' yang berkelanjutan. Cara terbaik untuk tumbuh adalah belajar terus menerus. Bukan berarti anda harus mengejar gelar doktor atau menghabiskan 2 jam membaca setiap hari. 

Pendidikan diri bisa apa saja yang akan membuat anda nyaman. Bagian terpenting adalah menjaga pikiran anda tetap terbuka dan mencari ide-ide segar dan perspektif.
Belajar secara terus menerus selama bertahun-tahun membuat anda menjadi pribadi yang lebih bijaksana, lebih baik dan orang yang lebih menarik



4. Jangan Lupakan Orang Yang Anda Sayangi

Misalkan Anda memiliki segala sesuatu yang Anda inginkan. Apakah Anda akan tetap bahagia tanpa seseorang untuk anda berbagi? Teman, Anggota keluarga adalah sumber kebahagiaan terbesar dalam hidup kita. Jangan lupakan mereka.

Luangkanlah waktu anda dengan orang yang anda sayangi. Tanpa orang yang anda sayangi anda mungkin akan sengsara, tidak peduli seberapa sukses anda



5. Buatlah Suatu Tujuan Yang Ingin Anda Capai

Bahkan jika hidup anda tidak sempurna, anda selalu dapat membangun hidup anda ke arah yang anda inginkan. Jika anda tidak membangun hidup anda, kemungkinannya hidup anda akan mengalami kebosanan. 

Seperti merasa korban pada jebakan hidup anda sendiri bukan. Cara terbaik untuk menghadapi situasi ini adalah buatlah suatu tujuan yang dapat anda capai.

Kita tidak bisa mengendalikan segala sesuatu tentang hidup kita, membangun sesuatu yang ingin kita capai, adalah hal positif untuk kita teruskan dan meletakkan dasar untuk kesuksesan kita di masa depan.



6. Jagalah Kesehatan Anda

Tubuh kalau sudah hancur tidak akan banyak hal yang dapat anda lakukan. Hindari konsumsi berlebihan zat yang merusak tubuh dan makanan tidak sehat. Menikmati kesehatan adalah kebahagian tersendiri buat kita, dibandingkan jika kita sakit. 

Hindari juga zat-zat yang membuat anda kecanduan, Kenikmatan Sesaat, Efeknya Bertahun-tahun. Jadilah Generasi Muda yang Sehat. Kesehatan adalah harta terbesar kita.
Apa pun kondisi anda sekarang, keluarlah dari hal itu sejenak dan lakukan sesuatu yang menyenangkan. Seperti kata Lao Tzu, bahkan perjalanan 1.000 mil dimulai dengan satu langkah

Kisah Cinta Seorang Anak Terhadap Ibunya

Seorang janda miskin Siu Lan punya anak umur 7 tahun bernama Lie Mei. Kemiskinan membuat Lie Mei harus membantu ibunya berjual kue dipasar, karena miskin Lie Mei tidak pernah bermanja-manja kepada ibunya. Pada suatu musim dingin saat selesai bikin kue, Siu Lan melihat keranjang kuenya sudah rusak dan Siu Lan berpesan pada Lie Mei untuk nunggu dirumah karena ia akan membeli keranjang baru.


Saat pulang Siu Lan tidak menemukan Lie Mei dirumah. Siu Lan langsung sangat marah. Putrinya benar-benar tidak tau diri, hidup susah tapi masih juga pergi main-main, padahal tadi sudah dipesan agar menunggu rumah. Akhirnya Siu Lan pergi sendiri menjual kue dan sebagai hukuman pintu rumahnya dikunci dari luar agar Lie Mei tidak dapat masuk. Putrinya mesti diberi pelajaran, pikirnya geram.

Sepulang dari jual kue Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak didepan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Jeritan Siu Lan memecah kebekuan salju saat itu. Ia menangis meraung2, tetapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera Siu Lan membopong Lie Mei masuk kerumah. Siu Lan mengguncang2 tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei.

Tiba2 sebuah bingkisan kecil jatuh dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu dan membuka isinya. Isinya sebuah biskuit kecil yg dibungkus kertas usang dan tulisan kecil yang ada dikertas adalah tulisan Lie Mei yang berantakan tapi masih dapat dibaca,


"Mama pasti lupa, ini hari istimewa bagi mama, aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah, uangku tidak cukup untuk membeli biskuit yang besar… Mama selamat ulang tahun".


Sumber : http://kolom-inspirasi.blogspot.com/2011/11/inspirasi-kisah-cinta-seorang-anak.html#ixzz1edvpSOM1

Sabtu, 12 November 2011

Menjadi Inspirasi

Pendidikan merupakan sarana yang sangat efektif dalam membangun sebuah generasi, pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dengan harapan agar generasi yang akan muncul nanti adalah sebuah generasi yang unggul.
Sebagai pelaksana pendidikan, Yayasan harapan Bangasa melihat bahwa generasi yang unggul adalah pemimpin yang berkarakter Kristus, kompeten dan mampu memberi dampak positif terhadap lingkungan, seperti yang tertuang dalam pernyataan misi Sekolah Kristen Tunas Bangsa.
Kami menyadari, bahwa pekerjaan ini besar, terlebih lagi jika kita melihat pendidikan di daerah-daerah, banyak anak-anak yang masih belum mendapatkan pendidikan yang lebih baik, padahal mereka adalah tunas-tunas bangsa, yang seharusnya kelak menjadi pemimpin-pemimpin yang membawa bangsa ini keluar dari keterpurukan.
Puji Tuhan, saat ini Yayasan Harapan Bangsa telah mementor beberapa rekenan, mereka adalah penyelenggara sekolah yang memiliki misi dan beban yang sama, dan dalam kerendahan hati mereka, mereka belajar tentang kurikulum karakter di Sekolah Kristen Tunas Bangsa. Hari ini, Tuhan sedang menggenapi visi yang telah Dia berikan kepada kami, yaitu menjadi sebuah model lembaga pendidikan yang memberi inspirasi dalam menerapkan karakter Kristus. Berikut ini merupakan beberapa kesaksian dari mereka.
Palembang
Ketika kami dating ke Sekolah Kristen Tunas Bangsa untuk belajar tentang TK dan SD, kami sangat diberkati oleh sambutan para guru Sekolah Kristen Tunas Bangsa yang mencerminkan kasih Yesus. Dengan sepenuh hati mereka berbagi pengalaman mengajar tentang karakter Kristus dan pengalaman pribadi mereka dengan Yesus setelah bergabung di Sekolah Kristen Tunas Bangsa.
Kami Tertarik dengan sikap para guru yang mencerminkan karakter Kristus. Mereka bersaat teduh, berkomunitas berdasarkan kasih Kristus. Sepulang dari Sekolah Kristen Tunas Bangsa kami berbagi pembelajaran yang kami dapatkan kepada guru. Mereka juga menerapkannya kepada murid di sekolah kami.
Beberapa lama kemudian kami menerapkan pembentukan karakter melalui buku saat teduh Walk With God Everyday diterbitkan oleh Sekolah Kristen Tunas Bangsa. Perubahan terjadi pada anak-anak dan guru. Para orang tua merespon positif buku tersebut. Salah satu penyebab orang tua menyekolahkan anaknya di Paric Christian School dikarenakan adanya pembentukan karakter berdasarkan Firman Tuhan.
Semester lalu kami mengajarkan tentang karakter “Penuh Perhatian.” Ternyata banyak perubahan yang terjadi pada anak-anak. Mereka lebih menghargai lawan bicaranya. Seperti menanggapi orang yang sedang berbicara kepadanya, lebih perhatian terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan. Hal ini membuat hati orang tua tersentuh karena perubahan yang dialami anak-anak mereka.
Semester ini kami sedang mengajarkan tentang karakter “Ketaatan.” Kami percaya bahwa perubahan positif pasti terjadi di Paris Christian School, baik bagi murid, guru dan orang tua. Kami mengucapakan terimakasih karena Sekolah Kristen Tunas Bangsa telah menjadi berkat buat kami, bahkan menjadi berkat buat sekolah laindan masyarakat Palembang (Maya – Principal Paris Christian School)
Bandar Lampung
Anugrah yang luar biasa ketika kami dapat mengenal Sekolah Tunas Bangsa. Berawal pada tahun 1999, yaitu saat pelayanan anak sekolah minggu kami, GBI Villa Citra, mengundang Ibu Sarah dan tim Pelayanan Anak KEGA. Pada saat itu Ibu Sarah menanamkan visi kepada kami, baik pelayanan sekolah minggu, maupun pendidikan formal, “Melalui pendidikan formal, kita memiliki banyak kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai Firman Tuhan kepada anak-anak”. Beliau juga menyampaikan impresi, bahwa Tuhan telah menetapkan ketua sekolah minggu kami, Ibu Mungliana akan Tuhan pakai menjadi pemimpin untuk mewujudkan visi ini.
Pada tahun 2000 kami kembali mengundang tim pelayanan anak KEGA yaitu Ibu Wati dan tim. Ternyata mereka menyampaikan visi yang sama dengan tahun sebelumnya. Visi tersebut juga diteguhkan oleh beberapa hamba Tuhan. Semuanya begitu memotivasi kami untuk memujudkan visi tersebut.
Kemudian kami, beberapa guru sekolah minggu bersama Ibu Mungliana berinisiatif untuk berkunjung ke Yayasan Harapan Bangsa di Jakarta. Kami sangat bersyukur dengan sambutan dan keramahan yang mereka berikan. Banyak hal yang kami dapatkan, baik secara ilmu pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran megenai pengetahuan karakter.
Pada tahun 2001, dengan pertolongan dukungan serta bimbingan dari gereja local dan Yayasan Harapan Bangsa di Jakarta. Maka kami membuka Kelompok Bermain Mawar Saron dengan jumlah murid 6 orang pada tahun pertama. Kami belajar setia dengan apa yang Tuhan percayakan pada kami, agar menjadi guru yang baik melalui pendidikan formal. Dalam waktu relatif singkat jumlah murid di sekolah kami berlipat kali ganda hingga mencapai ratusan anak. Jenjang pendidikan berlanjut dengan dibukanya Taman Kanak-Kanak Mawar Saron. Banyak kesaksian-kesaksian hidup yang kami alami dalam proses belajar mengajar. Ada yang mengatakan sekolah kami adalah bengkel karakter. Tuhan percayakan anak-anak yang mengalami permasalahan keluarga agar menjadi berkat disekolah, sungguh luar biasa.
Pada tahun 2009 ini kami mulai membuka Sekolah Dasar kelas 1. Sekali lagi ini semua hanya karena anugrah Tuhan semata. Tuhan menjadikan pergumulan kami selama 8 tahun untuk memiliki gedung sekolah di tahun ini. Semua memang indah pada waktunya (Mungliana – Kepala Sekolah TK Mawar Sharon Bandar Lampung)
Bangka
NAFIRI KARYA SEJAHTERA adalah Yayasan Nirlaba yang terpanggil untuk mengelola pelayanan pendidikan dasar bagi anak-anak di dusun Pasaren. Sebuah komunitas nelayan yang terpencil di kecamatan Belinyu, Bangka. Bukan saja pendidikan ilmu dan keterampilan formal yang diberikan yayasan lewat TK-SD SEHATI, melainkan juga mengunggulkan pengembangan karakter dan nilai-nilai Kristiani.
Itu sebabnya setiap guru diperlengkapi dengan jiwa pelayanan yang mengasihi dan setia “mengembalai” anak-anak didik yang ada dalam tanggung jawabnya, sekalipun kondisi dan fasilitas penunjang masih minim dibandingkan dengan pendidikan diperkotaan. Alhasil, Sekolah SEHATI meraih prestasi sebagai juara pertama berturut-turut dalam gugus rayonnya, sekaligus menjadi berkat bagi Bangka, sampai saat ini.
Sebelum sekolah Sehati hadir di dusun Pesaren, ada kesaksian menarik yang melatarbelakangi pendiriannya. Sepasang suami-istri M.Torsina dari Jakarta di tahun 1998, digerakkan hatinya untuk mendirikan semacam “sekolah minggu” bagi pelayanan anak-anak kecil dipedesaan. Mereka berkeliling dari desa ke desa untuk mencari tempat, pada akhirnya sampailah mereka ke Pesaren. Disitu mereka tiba-tiba dikejutkan dengan sekerumunan anak-anak kecil yang bersorak-sorak mengejeki dua orang anak cacat. Karena penasaran, maka suami-istri ini turun dari mobil dan menghampiri anak yang diejek itu untuk menanyakan permasalahannya. Dan mereka menawarkan kepada orang tua sianak untuk ditindaklanjuti kesehatannya.
Alhasil, kedua orang tua anak menerima tawaran untuk melaksanakan tindakan operasi terhadap kedua anak yang cacat itu di Jakarta. Selanjutnya, masyarakat setempat malah minta bantuan kepada suami istri ini agar bisa didirikan sebuah sekolah dasar di dusun Pesaren.
Semuanya ini dibutuhkan lahan, dana dan sumber tenaga yang tidak kecil. Dan juga berlawanan dengan rencana semula untuk pendirian sekolah minggu saja. Namun satu persatu Tuhan membuka jalan dalam kasihNya. Yayasan Lahai Roi pun didirikan untuk mewujudkan pelayanan holistik di pedesaan, sekaligus kerinduan komunitas setempat akan sebuah sekolah, lapangan bermain yang luas, dan tempat berkumpul serbaguna dalam suasana kekeluargaan.
Peletakan batu pertama pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1999. Melalui banyak tantangan dan kesulitan yang sempat menghambat proses pembangunan, akhirnya pada tanggal 22 Juli 2000, sekolah TK-SD SEHATI ini resmi dibuka. Dalam perjalanan waktu, sekolah ini semakin berkembang dengan penambahan ruang kelas pada tahun 2006. Yayasan Lahai Roi lalu memutuskan untuk menghibahkan sekolah ini kepada Yayasan Nafiri Karya Sejahtera agar dapat dikelola dan dikembangkan lebih baik lagi.
Berkat Yayasan Harapan Bangsa maka sejak awal tahun 2000 sampai saat ini, para guru sekoalh SEHATI dilatih di TK-SDK Tunasa Bangsa, sebelum terjun ke Pesaren. Dengan bekal mengajar, kurikulum, administrasi sekolah dari Tunas Bangsa inilah para guru kami merasa percaya diri dan turun ke sekolah SEHATI di dusun Pesaren.
Sumber : Tunas Bangsa

Rabu, 02 November 2011

Aku Menemukan Kasih Sayang Seorang Bapa Di Dalam Hadirat Tuhan

Aku seorang laki-laki yang lahir dari sebuah keluarga kristen yang biasa-biasa saja. Saya katakan biasa-biasa saja karena keluarga kami hidup bukan sebagai orang-orang Kristen yang hidup sungguh-sungguh dalam Tuhan. Kami tidak didik untuk taat beribadah, bahkan kedua orang tuakupun kegereja hanya sekali dalam setahun yaitu pada saat natal. 
Aku adalah anak kesepuluh dari dua belas orang bersaudara. Perekonomian yang sulit membuat kami hidup apa adanya. Oleh karena penghasilan papa sebagai seorang militer tidak mencukupi kebutuhan dua belas orang anaknya, maka papa mengambil keputusan pensiun dini dan mengerjakan pekerjaan lain yaitu berdagang. 

Dalam kehidupan sehari-hari, papa mendidik kami dengan keras ala disiplin militer karena ia ingin anak-anaknya berhasil. Benar, didikan cara demikian membuat kami segan dan hormat kepada papa. Tidak ada satupun dari kami anak-anaknya berani berbuat macam-macam yang tidak baik diluar, karena bila ketahuan, papa pasti akan marah besar. Didikan yang keras itu membuat kami anak-anaknya, khususnya aku pribadi tidak mengalami pertumbuhan mental dan hubungan sosial yang baik. Aku tumbuh menjadi seorang yang grogian, minder dan tidak berani tampil di depan umum. Bahkan puncak dari kegagalan pertumbuhan mental itu adalah aku menjadi orang yang gagap. Hal itu membuat semakin aku tidak banyak berkomunikasi dengan anak-anak lainnya takut di ejek gagap. Aku hanya memiliki satu orang teman kompak yang bernama Hardiman. Oleh sebab itu aku lebih sering bercerita pada diriku sendiri daripada bersenda gurau dengan anak-anak lain. Namun ada satu perasaan yang sering menghinggapi aku, aku sering merindukan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu sedang merindukan apa. Aku sering menitikkan airmata karena rasa rindu itu. Aku sering duduk di sudut samping rumah sambil menitikkan air mata karena merasakan perasaan rindu itu. 

Papa jarang memuji dan memanjakan kami, khususnya aku walaupun aku berprestasi di kelas. Memang sejak kelas satu SD aku sering masuk dalam rangking 3 besar. Namun papa jarang sekali memberi hadiah ataupun kata-kata pujian atas prestasi itu. Seingatku, hanya satu kali papa memberi hadiah dan pujian kepadaku. Itu terjadi pada waktu natal, aku lupa tahun berapa. Papa memberiku uang Rp. 100,- sebagai hadiah karena papa menilai aku sangat bagus dalam membacakan liturgi natal. Sejak saat itu aku berusaha untuk membacakan liturgi sebagus-bagusnya pada setiap natal, namun sejak itu papa tidak pernah lagi memberi hadiah. 

Mama berbeda dengan papa, mama orangnya pendiam dan banyak menutup diri dari lingkungan luar. Kayaknya beratnya beban hidup dan latar belakang pendidikan yang tidak tamat Sekolah Rakyat (SR) membuat mama lebih banyak berdiam diri dan hanya mengurus kami semampunya saja. Jujur, walaupun demikian aku tidak pernah membenci dan sakit hati kepada kedua orang tuaku. 

Tamat SMP, aku melanjutkan SMA di kota Kabanjahe. Aku sekolah disana agar aku dibiayai oleh kakakku yang telah berumah tangga dan tinggal di sana karena papaku sudah tua dan sakit-sakitan sehingga tidak sanggup lagi membiayai sekolahku. Namun setelah beberapa bulan di sana aku mengalami duka yang amat dalam karena pada saat itu papa berpulang ke rumah Bapa. Aku takut kalau kakakku tidak mau lagi membiayai sekolahku karena papa sudah tidak ada. Ternyata ketakutanku tidak terbukti karena kakak dan suami kakakku memegang teguh amanat papa untuk menyekolahkan bahkan menguliahkanku.

Semasa SMA pertumbuhan kerohanianku semakin merosot. Aku sangat jarang ke gereja. Boleh dibilang kalau dihitung palingan hanya empat sampai lima kali saja aku ke gereja dalam setahun. Di sekolah aku anak yang berprestasi, aku selalu menjadi juara kelas, namun itu semua tidak membuat aku bertumbuh dengan sehat. Aku seorang murid yang pendiam dan kurang pergaulan. Saat itu, aku juga tidak mempunyai banyak teman. Aku hanya punya seorang teman akrab sebangku yang bernama Alfian. Aku menyadari dan ingin merobah kekuranganku, itulah sebabnya aku ikut olahraga Tae Kwon Do ketika Alfian mengajakku bergabung dengan harapan melalui olahraga ini karakter dan mentalku dapat diperbaiki. Empat tahun aku ikut olah raga beladiri itu namun ternyata kegiatan itu tidak dapat mengubah karakterku. Bahkan sampai kuliah dan bekerja aku tetap menjadi seorang pemuda yang pemalu, pendiam, grogian, gagap dan masih sering merasakan suatu perasaan rindu yang aku sendiripun tidak tahu merindukan apa. Kelemahan ini membuat karirku tidak berkembang, aku stress dan putus asa. 

Aku mulai aktip dalam kegiatan kerohanian pada tahun 2000. Teman-teman sekerja sering mengajak aku untuk ikut kebaktian dalam ibadah yang di lakukan setiap hari jumat di lingkungan kantor. Beberapa waktu kemudian aku diminta untuk ikut ambil pelayanan dalam bidang musik karena ibadah itu perlu seorang pemusik untuk mengiringi lagu pujian. Aku diminta untuk memainkan gitar, karena dari sekian banyak pemuda yang ada, hanya aku yang paling bisa memainkan gitar. Maka dengan sangat terpaksa jadilah aku pelayan Tuhan untuk pertama dalam hidupku.

Ternyata pelayanan yang pada awalnya terpaksa itu membuat aku semakin membuka diri kepada Tuhan. Kerinduan yang sejak kecil kurasakan yang aku sendiripun tidak tahu rindu akan apa, mulai terjawab. Semakin lama aku semakin aktip ikut ibadah baik dalam ibadah kebaktian di perusahaan maupun ibadah di gereja. Setiap hari minggu aku sudah mulai rajin ke gereja. Aku mulai menumpahkan segala permasalahanku kepada Tuhan. Jikalau dulu aku suka berbicara kepada diri sendiri, kini aku sudah menumpahkan semua perasaanku kepada Tuhan.

2 January 2002
Seorang teman sekerja mendatangi aku sambil menyodorkan selembar kertas jeruk berwarna biru yang bentuknya persis pembatas alkitab. Pada ujung kertas itu ada pita berwarna merah. Teman itu berkata bahwa pada malam kebaktian akhir tahun di gerejanya mengadakan ibadah, dimana dalam ibadah tersebut pimpinan jemaat meminta setiap anggota untuk mengambil satu buah kertas yang berisi firman Tuhan sebagai ayat pegangan dalam memulai tahun yang baru. Entah kenapa teman tersebut teringat kepadaku dan berdoa dan kemudian mengambil satu lembar. Lembaran itulah yang diberikan kepada saya. Ayat yang tercantum pada kertas itu diambil dari II Korintus 3 : 12 yang berbunyi :

Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian,

Ini adalah ayat yang singkat, sederhana namun mempunyai makna yang sangat berarti bagiku. Berbulan-bulan aku mempergumulkan ayat ini. Seolah-olah ayat ini berteriak-teriak kepadaku “Ayo, tunggu apa lagi bertindaklah dengan penuh keberanian! Jangan engkau pikirkan apa kata orang lain. Kalau ikut Tuhan harus berani ambil keputusan". Jujur, saya sangat takut untuk serius ikut Tuhan karena takut saya tidak sanggup. Takut tidak bisa menikmati kesenangan dunia ini, takut tidak bisa merubah cara hidup saya, takut dikatakan orang sok alim dan banyak ketakutan lainnya. 

Sejak awal bulan Mei 2002, gereja mengumumkan bahwa akan diadakan babtisan air. Setiap mendengar pengumuman itu hatiku berkecamuk. Aku ingin mendaftar tapi keraguan dan ketakutan terus menghimpit. Namun, semakin ketakutan dan keraguan menghimpit, semakit kuat pula ayat itu berteriak “Ayo! Tunggu apa lagi! Bertindaklah dengan penuh keberanian!”. 
Akhirnya pada kamis malam 3 hari sebelum babtisan diadakan aku berlutut di hadapan Tuhan. Dengan berurai air mata aku berdoa “Tuhan, Aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Aku ingin benar-benar serius dalam mengiring Engkau!. Namun aku takut, Tuhan!” (seraya menyebut ketakutanku satu persatu). Tak berapa lama kemudian ada sesuatu yang menyentuh hatiku, tiba-tiba aku merasakan suatu aliran damai sejahtera yang selama ini tidak pernah kurasakan. Rasanya sangat damai sekali dan aku merasakan ada suara lembut di dalam hatiku yang berkata begini “Jangan takut, kuatkan hatimu. Beri dirimu dibabtis, selebihnya biarlah menjadi urusan-Ku”. Perkataan itu sangat menguatkanku dan malam itu aku minta ampun kepada Tuhan dan mengambil keputusan untuk ikut di babtis. 

Pada tanggal 27 Juli 2002 setelah selesai ibadah pengajaran firman yang biasa diadakan sabtu malam, aku mendatangi pengurus gereja dan mendaftarkan diri untuk ikut dalam babtisan air yang akan diadakan pada tanggal 28 Juli 2002 besoknya. Hatiku benar-benar lega karena segala kesesakan telah terlepas. 

28 Juli 2002
Tepat pada jam 14.00 WIB ibadah pembabtisan dimulai dengan pujian penyembahan dan kotbah. Selama ibadah berlangsung rasa suka cita yang amat besar menyelimuti hatiku. Tak terasa air mata suka cita menitik. Satu persatu kenangan akan masa-masa lalu yang suram yang terjadi sejak kecil muncul di pelupuk mataku. Namun satu hal, aku tidak bersedih lagi seperti sebelumnya bila mengingat kejadian itu. Sekarang yang ada adalah suka cita. Terjawab sudah apa yang menjadi kerinduanku selama ini. Ternyata selama ini aku merindukan berada di hadirat Tuhan dan merasakan jamahan kasih sayang seorang yang benar-benar menjadi Bapaku, itulah Tuhan Yesus. Puncak dari sukacitaku adalah ketika aku melangkah perlahan menuju kolam pembabtisan, di tenggelamkan dan bangkit kembali. Hari itu segala kerinduanku sudah dipuaskan. Segala bebanku di lepaskan. Tuhan telah ambil segala bebanku dan memberikan beban yang baru yang sangat enak dan ringan yaitu beban pelayanan. Jadi,benarlah apa yang tertulis dalam Matius 11:28-30 yang berbunyi begini :

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

Dan sejak hari itu kupersembahkan hidupku hanya bagi Tuhan. Aku mau melayani Dia seumur hidupku bagi hormat serta kemulianNya.

Minggu, 30 Oktober 2011

Pak Guru Jualan Ikan

Ayahnya seorang guru SD. Lima saudara kandungnya guru. Suami atau istri dari saudara Agust juga berprofesi sebagai guru. Maka tidak berlebihan jika profesi guru merupakan belahan jiwa keluarga Drs. Agust Dapa Loka (50).


Tanpa diarahkan oleh Papa waktu itu, saya pilih jalur pendidikan guru. Saya juga tidak tahu, mungkin inilah yang dinamakan soulmate, ungkap alumni jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, IKIP Senata Dharma, Yogyakarta, angkatan 1984 ini.
Agust menduga keinginan tersebut dipicu oleh pengalaman berjumpa dengan banyak guru di kampungnya, Pero, Paroki Waimangura, Sumba-NTT. Apalagi kala itu guru dianggap tahu segalanya. Agust terkagum dengan sosok guru. Almarhum ayahnya dituntut serba tahu. Mulai dari urusan adat, keluarga, pemerintahan, sengketa tanah, katekisasi, dan sebagainya. Agust pun terkagum oleh perjuangan sang ayah yang hanya jebolan Sekolah Guru Bantu (SGB) itu. Agust tak pernah sedikitpun mendengar keluhan ketika persoalan menghadang. Ia bahkan berhasil menyelesaikan setiap masalah yang ada dengan lancar.
Karena telah merasa profesi ini sebagai soulmate, Agust berusaha menjalaninyadengan tekun dan kerja keras. Sebab siapapun tahu, gaji guru apalagi gaji guru swasta di daerah relatif kecil, bahkan tidak cukup untuk hidup dua minggu.

Penjual Ikan


Lalu apa yang Agust lakukan agar tetap bisa survive ? "Kalau sudah begini buang jauh-jauh yang namanya gengsi", ujarnya singkat. Sambil menjadi guru di SMA Katholik Anda Luri, Waingapu-Sumba Timur, Agust pernah melakoni pekerjaan sebagai penjual ikan keliling selama beberapa tahun. Pagi-pagi buta sekitar pukul 02.00 dini hari, Agust sudah berangkat ke pantai yang jaraknya 6 km pergi pulang untuk membeli ikan segar. Di pantai dia tidak segan-segan menceburkan diri di laut untuk menjemput ikan dari perahu nelayan. Sepanjang jalan sepulang dari pantai, Agust menjajakan ikan. Sebagian ia drop ke pasar dan sebagian lagi ia taruh di rumah. lalu sepulang sekolah, tanpa sungkan ia berkeliling dengan motor, keluar masuk perumahan menjajakan ikan.
Agust tidak peduli dengan penilaian orang. Sebab ada yang berkata, "Guru kok jualan ikan? Bikin malu saja". Ia justru semakin bersemangat lantaran tahu persis kebutuhan hidupnya tidak mungkin tercukupi oleh gajinya yang waktu itu hanya sekitar Rp. 700.000,-. Bayangkan gaji ini dia pakai untuk membiayai keluarga dan mengobati ayahnya yang sedang sakit. Meski begitu, tidak sedikit juga orang yang mengapresiasi dirinya dengan menyebut dia sebagai "Guru Pejuang". Bahkan, beberapa orang tua menasehati anak mereka yang malas dengan menunjuj Agust sebagai contoh orang yang patut ditiru.

Petani Penggarap


Agust kemudian beralih menjadi petani sawah. Beberapa hektar sawah sewaan ia garap. "Saya sendiri yang garap. Mau suruh siapa? Anak-anak saya masih kecil saat itu, lagi pula saya tidak tega suruh mereka kerja sawah. Biarlah mereka belajar", ungkap pria humoris ini. Saat menggarap sawah, perasaan letih, gelisah dan penuh harap menghiasi pikiran dan hatinya. Letih karena harus bertarung dengan matahari Sumba Timur yang panas. Gelisah karena kalau panennya gagal, maka harapan anak-anaknya untuk bisa membeli buku tambahan menjadi kandas. Berharap, karena dengan hasil sawah itu juga ia tetap bisa menunjukkan bakti kepada ibunya dikampung dengan mengirimkan beras hasil keringatnya sendiri.
" Ada perasaan sangat puas jika saya bisa kirim beras dari hasil tangan saya sendiri buat Mama di kampung. Beda sekali rasanya kalau mengirim beras hasil beli dari pasar", jelasnya dengan mata berkaca-kaca. Kini perjuangan Agust terasa lebih berat lagi. Sebab sejak 16 Juni 2009 ia hidup hanya dengan kaki kiri. Kaki kanannya diamputasi akibat sebuah kecelakaan lalu lintas. Mengalami rangkaian perjalanan hidup tersebut, Agust tidak mau mengeluh. Belum bisa memakai kaki palsu pun, ia tidak mengeluh. baginya mengeluh hanyalah bentuk lain dari kealpaan menangkap rahmat Tuhan.

Sumber : Majalah Rohani "BAHANA" 2010

Sabtu, 29 Oktober 2011

Aku Mau Ibu Kembali (the True Story from China)


Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki yang luar biasa,sebut saja namanya Zhang Da. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orangyang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, diPropinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.
Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Ibunya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Bapak yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Bapaknya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia.
Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
"Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan bapaknya." demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk bapaknya.
Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. ZhangDa Merawat Bapaknya yang Sakit. Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat bapaknya. Ia menggendong bapaknya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan bapaknya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan bapaknya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri bapaknya.Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik bapaknya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun,maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.
> > Aku Mau Ibu Kembali <<
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, "Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!"
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu" Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, "Aku Mau Ibu Kembali. Ibu kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Bapak, aku bisa cari makan sendiri, Ibu Kembalilah!" demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan bapaknya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Ibu Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat Ibunya pergi meninggalkan dia dan bapaknya.
(aku yang selalu sangat mencintai Ibuku meski telah tiada. Dengan kesedihan yang begitu mendalam, aku berharap bisa segera bertemu lagi dengannya)

Sumber : Blessing for Blessed

Melayani Kegerakan, Memberdayakan Generasi


Saat ini, lebih dari 3,9 Milyar penduduk tinggal di Asia, 61% dari total penduduk dunia. Peningkatan pengaruh Asia telah menjadi fokus dari berbagai media global, terutama dalam area ekonomi, bisnis dan teknologi.
Fenomena ini diyakini terus berlanjut dengan semakin meningkat sejalan dengan seluruh dunia yang melihat asia sebagai garis depan dari pergerakan dan perubahan dalam milenium ini.
Empowered21 Asia adalah bagian dari suatu kegerakan besar  Roh Kudus dalam menjawab kelaparan secara rohani di region ini. Empowered21 Asia akan berpusat pada pemberdayaan generasi muda untuk memberikan dampak pada negara mereka.Dunia akan melihat kebangkitan rohani yang luarbiasa saat Allah bergerak melawat Asia.



Oleh karena itu, Empowered21 Asia akan diluncurkan di Sentul International Convention Center, Jakarta, Indonesia. Suatu acara yang dikelola oleh Kabinet Eksekutif  Empowered 21 Asia, Pusat Pelayanan Internasional untuk Kegerakan Pembaharuan dan Penyembuhan.
Kami bertujuan untuk memperlengkapi dan memberdayakan setiap orang muda, para pemimpin, para pendeta & setiap orang percaya dengan kuasa Roh Kudus,  dan mengimpartasikan pengalaman-pengalaman berharga, pengajaran dan topik-topik yang menguatkan anda melalui para pembicara, pemimpin & pelopor kegerakan yang luarbiasa, disertai dengan team- team penyembah dari Asia yang sangat diurapi.
Bersiaplah untuk mengalami pengalaman yang mengubahkan hidup anda, pertemuan dengan Roh Kudus saat Ia memimpin anda dalam pengalaman yang luar biasa dalam kehidupan Rohani dan pelayanan anda.

Sumber : Anak Panah / Empowered 21 Asia

Minggu, 23 Oktober 2011

“The Salvation of the Soul”


“At the end of the European War, there was a huge celebration in London. The turnout was unprecedented in the history of London. The war had just concluded, and the soldiers were having a victory parade and were there to be welcomed by the crowd. As the soldiers paraded through, the people cheered and applauded. In the minds of many, were it not for the courage of these soldiers, England could not have been saved. The applause persisted as the soldiers marched onward step by step. While the units passed by rank after rank, suddenly, there was a crescendo of applause; in fact, many started weeping. The nobility saluted, and even the king took off his crown. What had happened? Trailing behind was car after car of soldiers who had either broken arms, injured legs, missing limbs, or serious wounds. These were the ones who were wounded in battle. They were received with the greatest honor and respect. The soldiers who marched ahead of them made it; however, the glory they received could hardly be compared to that of these wounded soldiers.
Those who are scarcely saved will enter into heaven on that day, but they will not have a rich and abundant entrance into God’s kingdom. If we have suffered on earth and forsaken things for the Lord’s sake, on that day we will enjoy what those wounded soldiers enjoyed in their triumphant procession. The applause will be loud, the praises will be great, and the glory will also be great. Every one of us should endure pain and suffer loss for the Lord’s sake. On that day, we will receive a crown on our head. Our soul must be saved. May we be poorer, may we suffer more, and may we forsake all for the Lord’s sake. May God bless us.”
2 PETER 1:10-11
“Therefore, brothers, be the more diligent to make your calling and selection firm, for doing these things you shall by no means ever stumble. For in this way the entrance into the eternal kingdom of our Lord and Savior Jesus Christ will be richly and bountifully supplied to you.” The fact that these ones were called brothers shows that they were saved. However, they still needed to be more diligent to make their calling and election firm. Eternal life, once received, cannot be shaken. But in the kingdom, some shall be shaken.
Sumber : Anak Damai Sejahtera

Belajarlah dari Domba yang Bodoh!


Ada sepasang suami isteri, di dalam Tuhan boleh dikatakan lumayan, mereka cukup bergairah bekerja untuk Tuhan. Tetapi tidak lama kemudian, anak kesayangan mereka meninggal dunia. Kemudian, dengan penuh amarah mereka berkata, “Mulai sekarang kami berdua tidak mau melayani Allah lagi. Kami telah dengan setia melayaniNya, Dia bukan saja tidak memberkati, malah membuat anak kami mati.” Demikianlah mereka kemudian menempuh penghidupan sehari-hari dengan sesukanya sendiri, tidak lagi seperti dulu bergairah melayani, tidak mau menuntut kemajuan rohani. Demikianlah waktu berlalu sekitar 8 sampai 9 tahun.
Pada suatu hari, si suami sedang berjalan di suatu belantara, terlihatlah olehnya seorang penggembala domba yang akan menyeberangkan kawanan domba melewati sebuah anak sungai. Pada masa itu, umumnya di anak sungai di desa-desa tidak ada jembatan yang baik, hanya ada papan-papan yang melintang yang menghubungkan kedua tepian. Bagi manusia, jembatan “darurat” itu masih boleh, tetapi bagi hewan, dalam hal ini kawanan domba, sangatlah sulit; karena domba adalah hewan yang penakut lagi bodoh. Sebab itu meskipun gembala itu mencambuk dan mendorongnya, mereka tetap tidak berani menyeberang. Gembala itu kehabisan akal, akhirnya diangkatnya seekor anak domba kecil yang sangat disayangi oleh induk domba, digendongnya domba kecil itu dan ia menyeberangi jembatan itu. Demi dilihat induk domba itu bahwa anaknya yang disayangi dibawa ke seberang, segera ia memberanikan diri menempuh bahaya untuk mengikutinya, kemudian kawanan domba yang lainpun ikut menyeberang.
Begitu melihat kejadian ini, si suami segera berkata, “Cukuplah.” Sejak hari itu dia kembali dibangunkan. Di kemudian hari ia bersaksi, “Karena Allah tidak menghendaki aku tertinggal di seberang sungai ini, maka Dia telah membawa anakku menyeberang lebih dulu. Domba yang begitu bodoh saja mengetahui dan akhimya ikut menyeberang, mengapa aku masih saja berlambat-lambatan dan tidak mau segera menyeberang?”
Sumber: Literatur Yasperin

Sabtu, 22 Oktober 2011

God is not Fair?


Suatu perlombaan lari 400 meter diadakan untuk menguji siapakah manusia tercepat di dunia. Lomba itu sangat diminati oleh banyak orang, oleh karena memiliki hadiah yang sangat besar dan merupakan perlombaan bergengsi. Semua peserta telah bersiap di garis Start dan akan menempuh jarak yang sama, serta memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencapai garis Finish dan mendapatkan hadiah.
Setelah siap, tanda mulai pun dilakukan dengan tembakan pistol, semua peserta pun melesat dengan sigap dan dengan sekuat tenaga dan saling berusaha untuk saling mendahului satu sama lain. Sorak sorai penonton pun bergemuruh menambah serunya pertandingan. Tiba-tiba terjadilah sebuah insiden kecil, pada tikungan ke dua, dua orang atet sepertinya bersinggungan, dan karena gesekan itu keduanya menjadi melambat dan tertinggal oleh pelari lain.

Sebagian penonton memperhatikan dengan serius insiden kecil tersebut dan sebagian besar bersorak-sorak gemuruh melihat pelari yang terus berusaha berada di depan barisan dan saling bersaing satu sama lain. Salah satu atlet yang bersinggungan tadi merasa sangat terganggu dan seketika ia memutuskan untuk berhenti dan menyatakan protes dan berteriak kepada atlet lain, “mengapa engkau menyenggol aku,? Kemudian ia berteriak kepada panitia “ini tidak fair, ada kecurangan dibiarkan saja.” Karena tidak ada yang memberi respon, ia malah berteriak kepada penonton “Ini curang, saya minta pertandingan diulang!
Akibat protes orang itu,  atlet kedua yang bersinggungan dengan orang tersebut menoleh kebelakang dan akhirnya juga semakin tertinggal jauh dari peserta lain, dan juga menjadi kesal. Sebagian besar penonton tidak mempedulikan sama sekali insiden kecil itu dan tetap fokus dan bersorak untuk penonton yang berlari paling depan dan akhirnya memenangkan pertandingan. Semua penonton berteriak-teriak bersorak-sorak melihat kemenangan itu, dan sang juara pun mengelilingi lapangan sekali lagi sambil melambaikan tangan kepada para penonton.
Dalam kehidupan ini kita sering mendengar lontaran “God is not fair!” Jika berandai-andai tentang apa yang dilakukan Tuhan, maka kita akan menemukan bahwa seringkali kelihatannya keputusan Tuhan itu tidak cocok dengan keinginan kita. Banyak peristiwa dalam kehidupan ini kelihatannya seperti dunia yang tidak adil, namun di sisi lain bagi banyak orang kehidupan di dunia ini adalah arena perjuangan hidup, yang seringkali menuntut perjuangan, ketabahan, kreativitas, kesabaran dan ketekunan. Jikalau kita hanya melihat kehidupan dari sisi negatif saja maka segala sesuatu akan menjadi negatif, yang muncul hanya ketidak puasan, menyalahkan keadaan bahkan tidak jarang mempersalahkan Tuhan sebagai penyebab kegagalan.
Dengan berpikir positif, seseorang dapat melahirkan sikap optimis dan melihat peluang keberhasilan. Sikap seperti inilah yang dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.  Keberhasilan hidup dan kemenangan seringkali dipengaruhi oleh cara kita melihat hidup dan semua permasalahan di dalamnya. Masalah pasti akan datang dan akan dialami oleh setiap orang, namun cara menghadapi dan cara menangani masalah itu akan memberikan hasil yang berbeda. Para pemenang selalu fokus pada usaha untuk mencapai garis finish, semua kesulitan dan rintangan dihadapi dengan berani dan selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan utama.


Sumber : Inspirasi Jiwa