Jumat, 25 November 2011

6 Cara Untuk Membangun Hidup Yang Mennyenangkan

1. Hidup Sederhana 

Akan selalu ada godaan untuk meninggalkan masa depan untuk kepuasan sesaat. Kita semua ingin menikmati teknologi baru, tinggal di kemewahan kota, atau mengambil pinjaman untuk membeli mobil mewah yang jelas jelas kita tidak mampu membelinya tetapi dipaksakan. 

Mungkin kita merasa hebat saat itu tetapi percayalah anda akan menyesali nya. Jadi nikmatilah hidup sederhana anda, menabunglah sebanyak anda bisa. Barang mahal tidak menciptakan kebahagiaan abadi dan keamanan.



2. Buatlah Uang Yang Bekerja Untuk Anda

Menabung sangat bagus, tabungan yang menghasilkan tentu lebih bagus lagi. Investasi yang baik dapat anda jadikan prediksi untuk usia pensiun anda, apakah saat umur 40 tahun atau 60 tahun ?

Investasi yang bijaksana adalah jalan pasti menuju kemandirian finansial dan yang dapat diandalkan semua orang


3. Teruslah Belajar

Untuk menjadi bahagia kita membutuhkan 'pertumbuhan' yang berkelanjutan. Cara terbaik untuk tumbuh adalah belajar terus menerus. Bukan berarti anda harus mengejar gelar doktor atau menghabiskan 2 jam membaca setiap hari. 

Pendidikan diri bisa apa saja yang akan membuat anda nyaman. Bagian terpenting adalah menjaga pikiran anda tetap terbuka dan mencari ide-ide segar dan perspektif.
Belajar secara terus menerus selama bertahun-tahun membuat anda menjadi pribadi yang lebih bijaksana, lebih baik dan orang yang lebih menarik



4. Jangan Lupakan Orang Yang Anda Sayangi

Misalkan Anda memiliki segala sesuatu yang Anda inginkan. Apakah Anda akan tetap bahagia tanpa seseorang untuk anda berbagi? Teman, Anggota keluarga adalah sumber kebahagiaan terbesar dalam hidup kita. Jangan lupakan mereka.

Luangkanlah waktu anda dengan orang yang anda sayangi. Tanpa orang yang anda sayangi anda mungkin akan sengsara, tidak peduli seberapa sukses anda



5. Buatlah Suatu Tujuan Yang Ingin Anda Capai

Bahkan jika hidup anda tidak sempurna, anda selalu dapat membangun hidup anda ke arah yang anda inginkan. Jika anda tidak membangun hidup anda, kemungkinannya hidup anda akan mengalami kebosanan. 

Seperti merasa korban pada jebakan hidup anda sendiri bukan. Cara terbaik untuk menghadapi situasi ini adalah buatlah suatu tujuan yang dapat anda capai.

Kita tidak bisa mengendalikan segala sesuatu tentang hidup kita, membangun sesuatu yang ingin kita capai, adalah hal positif untuk kita teruskan dan meletakkan dasar untuk kesuksesan kita di masa depan.



6. Jagalah Kesehatan Anda

Tubuh kalau sudah hancur tidak akan banyak hal yang dapat anda lakukan. Hindari konsumsi berlebihan zat yang merusak tubuh dan makanan tidak sehat. Menikmati kesehatan adalah kebahagian tersendiri buat kita, dibandingkan jika kita sakit. 

Hindari juga zat-zat yang membuat anda kecanduan, Kenikmatan Sesaat, Efeknya Bertahun-tahun. Jadilah Generasi Muda yang Sehat. Kesehatan adalah harta terbesar kita.
Apa pun kondisi anda sekarang, keluarlah dari hal itu sejenak dan lakukan sesuatu yang menyenangkan. Seperti kata Lao Tzu, bahkan perjalanan 1.000 mil dimulai dengan satu langkah

Kisah Cinta Seorang Anak Terhadap Ibunya

Seorang janda miskin Siu Lan punya anak umur 7 tahun bernama Lie Mei. Kemiskinan membuat Lie Mei harus membantu ibunya berjual kue dipasar, karena miskin Lie Mei tidak pernah bermanja-manja kepada ibunya. Pada suatu musim dingin saat selesai bikin kue, Siu Lan melihat keranjang kuenya sudah rusak dan Siu Lan berpesan pada Lie Mei untuk nunggu dirumah karena ia akan membeli keranjang baru.


Saat pulang Siu Lan tidak menemukan Lie Mei dirumah. Siu Lan langsung sangat marah. Putrinya benar-benar tidak tau diri, hidup susah tapi masih juga pergi main-main, padahal tadi sudah dipesan agar menunggu rumah. Akhirnya Siu Lan pergi sendiri menjual kue dan sebagai hukuman pintu rumahnya dikunci dari luar agar Lie Mei tidak dapat masuk. Putrinya mesti diberi pelajaran, pikirnya geram.

Sepulang dari jual kue Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak didepan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Jeritan Siu Lan memecah kebekuan salju saat itu. Ia menangis meraung2, tetapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera Siu Lan membopong Lie Mei masuk kerumah. Siu Lan mengguncang2 tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei.

Tiba2 sebuah bingkisan kecil jatuh dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu dan membuka isinya. Isinya sebuah biskuit kecil yg dibungkus kertas usang dan tulisan kecil yang ada dikertas adalah tulisan Lie Mei yang berantakan tapi masih dapat dibaca,


"Mama pasti lupa, ini hari istimewa bagi mama, aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah, uangku tidak cukup untuk membeli biskuit yang besar… Mama selamat ulang tahun".


Sumber : http://kolom-inspirasi.blogspot.com/2011/11/inspirasi-kisah-cinta-seorang-anak.html#ixzz1edvpSOM1

Sabtu, 12 November 2011

Menjadi Inspirasi

Pendidikan merupakan sarana yang sangat efektif dalam membangun sebuah generasi, pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dengan harapan agar generasi yang akan muncul nanti adalah sebuah generasi yang unggul.
Sebagai pelaksana pendidikan, Yayasan harapan Bangasa melihat bahwa generasi yang unggul adalah pemimpin yang berkarakter Kristus, kompeten dan mampu memberi dampak positif terhadap lingkungan, seperti yang tertuang dalam pernyataan misi Sekolah Kristen Tunas Bangsa.
Kami menyadari, bahwa pekerjaan ini besar, terlebih lagi jika kita melihat pendidikan di daerah-daerah, banyak anak-anak yang masih belum mendapatkan pendidikan yang lebih baik, padahal mereka adalah tunas-tunas bangsa, yang seharusnya kelak menjadi pemimpin-pemimpin yang membawa bangsa ini keluar dari keterpurukan.
Puji Tuhan, saat ini Yayasan Harapan Bangsa telah mementor beberapa rekenan, mereka adalah penyelenggara sekolah yang memiliki misi dan beban yang sama, dan dalam kerendahan hati mereka, mereka belajar tentang kurikulum karakter di Sekolah Kristen Tunas Bangsa. Hari ini, Tuhan sedang menggenapi visi yang telah Dia berikan kepada kami, yaitu menjadi sebuah model lembaga pendidikan yang memberi inspirasi dalam menerapkan karakter Kristus. Berikut ini merupakan beberapa kesaksian dari mereka.
Palembang
Ketika kami dating ke Sekolah Kristen Tunas Bangsa untuk belajar tentang TK dan SD, kami sangat diberkati oleh sambutan para guru Sekolah Kristen Tunas Bangsa yang mencerminkan kasih Yesus. Dengan sepenuh hati mereka berbagi pengalaman mengajar tentang karakter Kristus dan pengalaman pribadi mereka dengan Yesus setelah bergabung di Sekolah Kristen Tunas Bangsa.
Kami Tertarik dengan sikap para guru yang mencerminkan karakter Kristus. Mereka bersaat teduh, berkomunitas berdasarkan kasih Kristus. Sepulang dari Sekolah Kristen Tunas Bangsa kami berbagi pembelajaran yang kami dapatkan kepada guru. Mereka juga menerapkannya kepada murid di sekolah kami.
Beberapa lama kemudian kami menerapkan pembentukan karakter melalui buku saat teduh Walk With God Everyday diterbitkan oleh Sekolah Kristen Tunas Bangsa. Perubahan terjadi pada anak-anak dan guru. Para orang tua merespon positif buku tersebut. Salah satu penyebab orang tua menyekolahkan anaknya di Paric Christian School dikarenakan adanya pembentukan karakter berdasarkan Firman Tuhan.
Semester lalu kami mengajarkan tentang karakter “Penuh Perhatian.” Ternyata banyak perubahan yang terjadi pada anak-anak. Mereka lebih menghargai lawan bicaranya. Seperti menanggapi orang yang sedang berbicara kepadanya, lebih perhatian terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan. Hal ini membuat hati orang tua tersentuh karena perubahan yang dialami anak-anak mereka.
Semester ini kami sedang mengajarkan tentang karakter “Ketaatan.” Kami percaya bahwa perubahan positif pasti terjadi di Paris Christian School, baik bagi murid, guru dan orang tua. Kami mengucapakan terimakasih karena Sekolah Kristen Tunas Bangsa telah menjadi berkat buat kami, bahkan menjadi berkat buat sekolah laindan masyarakat Palembang (Maya – Principal Paris Christian School)
Bandar Lampung
Anugrah yang luar biasa ketika kami dapat mengenal Sekolah Tunas Bangsa. Berawal pada tahun 1999, yaitu saat pelayanan anak sekolah minggu kami, GBI Villa Citra, mengundang Ibu Sarah dan tim Pelayanan Anak KEGA. Pada saat itu Ibu Sarah menanamkan visi kepada kami, baik pelayanan sekolah minggu, maupun pendidikan formal, “Melalui pendidikan formal, kita memiliki banyak kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai Firman Tuhan kepada anak-anak”. Beliau juga menyampaikan impresi, bahwa Tuhan telah menetapkan ketua sekolah minggu kami, Ibu Mungliana akan Tuhan pakai menjadi pemimpin untuk mewujudkan visi ini.
Pada tahun 2000 kami kembali mengundang tim pelayanan anak KEGA yaitu Ibu Wati dan tim. Ternyata mereka menyampaikan visi yang sama dengan tahun sebelumnya. Visi tersebut juga diteguhkan oleh beberapa hamba Tuhan. Semuanya begitu memotivasi kami untuk memujudkan visi tersebut.
Kemudian kami, beberapa guru sekolah minggu bersama Ibu Mungliana berinisiatif untuk berkunjung ke Yayasan Harapan Bangsa di Jakarta. Kami sangat bersyukur dengan sambutan dan keramahan yang mereka berikan. Banyak hal yang kami dapatkan, baik secara ilmu pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran megenai pengetahuan karakter.
Pada tahun 2001, dengan pertolongan dukungan serta bimbingan dari gereja local dan Yayasan Harapan Bangsa di Jakarta. Maka kami membuka Kelompok Bermain Mawar Saron dengan jumlah murid 6 orang pada tahun pertama. Kami belajar setia dengan apa yang Tuhan percayakan pada kami, agar menjadi guru yang baik melalui pendidikan formal. Dalam waktu relatif singkat jumlah murid di sekolah kami berlipat kali ganda hingga mencapai ratusan anak. Jenjang pendidikan berlanjut dengan dibukanya Taman Kanak-Kanak Mawar Saron. Banyak kesaksian-kesaksian hidup yang kami alami dalam proses belajar mengajar. Ada yang mengatakan sekolah kami adalah bengkel karakter. Tuhan percayakan anak-anak yang mengalami permasalahan keluarga agar menjadi berkat disekolah, sungguh luar biasa.
Pada tahun 2009 ini kami mulai membuka Sekolah Dasar kelas 1. Sekali lagi ini semua hanya karena anugrah Tuhan semata. Tuhan menjadikan pergumulan kami selama 8 tahun untuk memiliki gedung sekolah di tahun ini. Semua memang indah pada waktunya (Mungliana – Kepala Sekolah TK Mawar Sharon Bandar Lampung)
Bangka
NAFIRI KARYA SEJAHTERA adalah Yayasan Nirlaba yang terpanggil untuk mengelola pelayanan pendidikan dasar bagi anak-anak di dusun Pasaren. Sebuah komunitas nelayan yang terpencil di kecamatan Belinyu, Bangka. Bukan saja pendidikan ilmu dan keterampilan formal yang diberikan yayasan lewat TK-SD SEHATI, melainkan juga mengunggulkan pengembangan karakter dan nilai-nilai Kristiani.
Itu sebabnya setiap guru diperlengkapi dengan jiwa pelayanan yang mengasihi dan setia “mengembalai” anak-anak didik yang ada dalam tanggung jawabnya, sekalipun kondisi dan fasilitas penunjang masih minim dibandingkan dengan pendidikan diperkotaan. Alhasil, Sekolah SEHATI meraih prestasi sebagai juara pertama berturut-turut dalam gugus rayonnya, sekaligus menjadi berkat bagi Bangka, sampai saat ini.
Sebelum sekolah Sehati hadir di dusun Pesaren, ada kesaksian menarik yang melatarbelakangi pendiriannya. Sepasang suami-istri M.Torsina dari Jakarta di tahun 1998, digerakkan hatinya untuk mendirikan semacam “sekolah minggu” bagi pelayanan anak-anak kecil dipedesaan. Mereka berkeliling dari desa ke desa untuk mencari tempat, pada akhirnya sampailah mereka ke Pesaren. Disitu mereka tiba-tiba dikejutkan dengan sekerumunan anak-anak kecil yang bersorak-sorak mengejeki dua orang anak cacat. Karena penasaran, maka suami-istri ini turun dari mobil dan menghampiri anak yang diejek itu untuk menanyakan permasalahannya. Dan mereka menawarkan kepada orang tua sianak untuk ditindaklanjuti kesehatannya.
Alhasil, kedua orang tua anak menerima tawaran untuk melaksanakan tindakan operasi terhadap kedua anak yang cacat itu di Jakarta. Selanjutnya, masyarakat setempat malah minta bantuan kepada suami istri ini agar bisa didirikan sebuah sekolah dasar di dusun Pesaren.
Semuanya ini dibutuhkan lahan, dana dan sumber tenaga yang tidak kecil. Dan juga berlawanan dengan rencana semula untuk pendirian sekolah minggu saja. Namun satu persatu Tuhan membuka jalan dalam kasihNya. Yayasan Lahai Roi pun didirikan untuk mewujudkan pelayanan holistik di pedesaan, sekaligus kerinduan komunitas setempat akan sebuah sekolah, lapangan bermain yang luas, dan tempat berkumpul serbaguna dalam suasana kekeluargaan.
Peletakan batu pertama pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1999. Melalui banyak tantangan dan kesulitan yang sempat menghambat proses pembangunan, akhirnya pada tanggal 22 Juli 2000, sekolah TK-SD SEHATI ini resmi dibuka. Dalam perjalanan waktu, sekolah ini semakin berkembang dengan penambahan ruang kelas pada tahun 2006. Yayasan Lahai Roi lalu memutuskan untuk menghibahkan sekolah ini kepada Yayasan Nafiri Karya Sejahtera agar dapat dikelola dan dikembangkan lebih baik lagi.
Berkat Yayasan Harapan Bangsa maka sejak awal tahun 2000 sampai saat ini, para guru sekoalh SEHATI dilatih di TK-SDK Tunasa Bangsa, sebelum terjun ke Pesaren. Dengan bekal mengajar, kurikulum, administrasi sekolah dari Tunas Bangsa inilah para guru kami merasa percaya diri dan turun ke sekolah SEHATI di dusun Pesaren.
Sumber : Tunas Bangsa

Rabu, 02 November 2011

Aku Menemukan Kasih Sayang Seorang Bapa Di Dalam Hadirat Tuhan

Aku seorang laki-laki yang lahir dari sebuah keluarga kristen yang biasa-biasa saja. Saya katakan biasa-biasa saja karena keluarga kami hidup bukan sebagai orang-orang Kristen yang hidup sungguh-sungguh dalam Tuhan. Kami tidak didik untuk taat beribadah, bahkan kedua orang tuakupun kegereja hanya sekali dalam setahun yaitu pada saat natal. 
Aku adalah anak kesepuluh dari dua belas orang bersaudara. Perekonomian yang sulit membuat kami hidup apa adanya. Oleh karena penghasilan papa sebagai seorang militer tidak mencukupi kebutuhan dua belas orang anaknya, maka papa mengambil keputusan pensiun dini dan mengerjakan pekerjaan lain yaitu berdagang. 

Dalam kehidupan sehari-hari, papa mendidik kami dengan keras ala disiplin militer karena ia ingin anak-anaknya berhasil. Benar, didikan cara demikian membuat kami segan dan hormat kepada papa. Tidak ada satupun dari kami anak-anaknya berani berbuat macam-macam yang tidak baik diluar, karena bila ketahuan, papa pasti akan marah besar. Didikan yang keras itu membuat kami anak-anaknya, khususnya aku pribadi tidak mengalami pertumbuhan mental dan hubungan sosial yang baik. Aku tumbuh menjadi seorang yang grogian, minder dan tidak berani tampil di depan umum. Bahkan puncak dari kegagalan pertumbuhan mental itu adalah aku menjadi orang yang gagap. Hal itu membuat semakin aku tidak banyak berkomunikasi dengan anak-anak lainnya takut di ejek gagap. Aku hanya memiliki satu orang teman kompak yang bernama Hardiman. Oleh sebab itu aku lebih sering bercerita pada diriku sendiri daripada bersenda gurau dengan anak-anak lain. Namun ada satu perasaan yang sering menghinggapi aku, aku sering merindukan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu sedang merindukan apa. Aku sering menitikkan airmata karena rasa rindu itu. Aku sering duduk di sudut samping rumah sambil menitikkan air mata karena merasakan perasaan rindu itu. 

Papa jarang memuji dan memanjakan kami, khususnya aku walaupun aku berprestasi di kelas. Memang sejak kelas satu SD aku sering masuk dalam rangking 3 besar. Namun papa jarang sekali memberi hadiah ataupun kata-kata pujian atas prestasi itu. Seingatku, hanya satu kali papa memberi hadiah dan pujian kepadaku. Itu terjadi pada waktu natal, aku lupa tahun berapa. Papa memberiku uang Rp. 100,- sebagai hadiah karena papa menilai aku sangat bagus dalam membacakan liturgi natal. Sejak saat itu aku berusaha untuk membacakan liturgi sebagus-bagusnya pada setiap natal, namun sejak itu papa tidak pernah lagi memberi hadiah. 

Mama berbeda dengan papa, mama orangnya pendiam dan banyak menutup diri dari lingkungan luar. Kayaknya beratnya beban hidup dan latar belakang pendidikan yang tidak tamat Sekolah Rakyat (SR) membuat mama lebih banyak berdiam diri dan hanya mengurus kami semampunya saja. Jujur, walaupun demikian aku tidak pernah membenci dan sakit hati kepada kedua orang tuaku. 

Tamat SMP, aku melanjutkan SMA di kota Kabanjahe. Aku sekolah disana agar aku dibiayai oleh kakakku yang telah berumah tangga dan tinggal di sana karena papaku sudah tua dan sakit-sakitan sehingga tidak sanggup lagi membiayai sekolahku. Namun setelah beberapa bulan di sana aku mengalami duka yang amat dalam karena pada saat itu papa berpulang ke rumah Bapa. Aku takut kalau kakakku tidak mau lagi membiayai sekolahku karena papa sudah tidak ada. Ternyata ketakutanku tidak terbukti karena kakak dan suami kakakku memegang teguh amanat papa untuk menyekolahkan bahkan menguliahkanku.

Semasa SMA pertumbuhan kerohanianku semakin merosot. Aku sangat jarang ke gereja. Boleh dibilang kalau dihitung palingan hanya empat sampai lima kali saja aku ke gereja dalam setahun. Di sekolah aku anak yang berprestasi, aku selalu menjadi juara kelas, namun itu semua tidak membuat aku bertumbuh dengan sehat. Aku seorang murid yang pendiam dan kurang pergaulan. Saat itu, aku juga tidak mempunyai banyak teman. Aku hanya punya seorang teman akrab sebangku yang bernama Alfian. Aku menyadari dan ingin merobah kekuranganku, itulah sebabnya aku ikut olahraga Tae Kwon Do ketika Alfian mengajakku bergabung dengan harapan melalui olahraga ini karakter dan mentalku dapat diperbaiki. Empat tahun aku ikut olah raga beladiri itu namun ternyata kegiatan itu tidak dapat mengubah karakterku. Bahkan sampai kuliah dan bekerja aku tetap menjadi seorang pemuda yang pemalu, pendiam, grogian, gagap dan masih sering merasakan suatu perasaan rindu yang aku sendiripun tidak tahu merindukan apa. Kelemahan ini membuat karirku tidak berkembang, aku stress dan putus asa. 

Aku mulai aktip dalam kegiatan kerohanian pada tahun 2000. Teman-teman sekerja sering mengajak aku untuk ikut kebaktian dalam ibadah yang di lakukan setiap hari jumat di lingkungan kantor. Beberapa waktu kemudian aku diminta untuk ikut ambil pelayanan dalam bidang musik karena ibadah itu perlu seorang pemusik untuk mengiringi lagu pujian. Aku diminta untuk memainkan gitar, karena dari sekian banyak pemuda yang ada, hanya aku yang paling bisa memainkan gitar. Maka dengan sangat terpaksa jadilah aku pelayan Tuhan untuk pertama dalam hidupku.

Ternyata pelayanan yang pada awalnya terpaksa itu membuat aku semakin membuka diri kepada Tuhan. Kerinduan yang sejak kecil kurasakan yang aku sendiripun tidak tahu rindu akan apa, mulai terjawab. Semakin lama aku semakin aktip ikut ibadah baik dalam ibadah kebaktian di perusahaan maupun ibadah di gereja. Setiap hari minggu aku sudah mulai rajin ke gereja. Aku mulai menumpahkan segala permasalahanku kepada Tuhan. Jikalau dulu aku suka berbicara kepada diri sendiri, kini aku sudah menumpahkan semua perasaanku kepada Tuhan.

2 January 2002
Seorang teman sekerja mendatangi aku sambil menyodorkan selembar kertas jeruk berwarna biru yang bentuknya persis pembatas alkitab. Pada ujung kertas itu ada pita berwarna merah. Teman itu berkata bahwa pada malam kebaktian akhir tahun di gerejanya mengadakan ibadah, dimana dalam ibadah tersebut pimpinan jemaat meminta setiap anggota untuk mengambil satu buah kertas yang berisi firman Tuhan sebagai ayat pegangan dalam memulai tahun yang baru. Entah kenapa teman tersebut teringat kepadaku dan berdoa dan kemudian mengambil satu lembar. Lembaran itulah yang diberikan kepada saya. Ayat yang tercantum pada kertas itu diambil dari II Korintus 3 : 12 yang berbunyi :

Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian,

Ini adalah ayat yang singkat, sederhana namun mempunyai makna yang sangat berarti bagiku. Berbulan-bulan aku mempergumulkan ayat ini. Seolah-olah ayat ini berteriak-teriak kepadaku “Ayo, tunggu apa lagi bertindaklah dengan penuh keberanian! Jangan engkau pikirkan apa kata orang lain. Kalau ikut Tuhan harus berani ambil keputusan". Jujur, saya sangat takut untuk serius ikut Tuhan karena takut saya tidak sanggup. Takut tidak bisa menikmati kesenangan dunia ini, takut tidak bisa merubah cara hidup saya, takut dikatakan orang sok alim dan banyak ketakutan lainnya. 

Sejak awal bulan Mei 2002, gereja mengumumkan bahwa akan diadakan babtisan air. Setiap mendengar pengumuman itu hatiku berkecamuk. Aku ingin mendaftar tapi keraguan dan ketakutan terus menghimpit. Namun, semakin ketakutan dan keraguan menghimpit, semakit kuat pula ayat itu berteriak “Ayo! Tunggu apa lagi! Bertindaklah dengan penuh keberanian!”. 
Akhirnya pada kamis malam 3 hari sebelum babtisan diadakan aku berlutut di hadapan Tuhan. Dengan berurai air mata aku berdoa “Tuhan, Aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Aku ingin benar-benar serius dalam mengiring Engkau!. Namun aku takut, Tuhan!” (seraya menyebut ketakutanku satu persatu). Tak berapa lama kemudian ada sesuatu yang menyentuh hatiku, tiba-tiba aku merasakan suatu aliran damai sejahtera yang selama ini tidak pernah kurasakan. Rasanya sangat damai sekali dan aku merasakan ada suara lembut di dalam hatiku yang berkata begini “Jangan takut, kuatkan hatimu. Beri dirimu dibabtis, selebihnya biarlah menjadi urusan-Ku”. Perkataan itu sangat menguatkanku dan malam itu aku minta ampun kepada Tuhan dan mengambil keputusan untuk ikut di babtis. 

Pada tanggal 27 Juli 2002 setelah selesai ibadah pengajaran firman yang biasa diadakan sabtu malam, aku mendatangi pengurus gereja dan mendaftarkan diri untuk ikut dalam babtisan air yang akan diadakan pada tanggal 28 Juli 2002 besoknya. Hatiku benar-benar lega karena segala kesesakan telah terlepas. 

28 Juli 2002
Tepat pada jam 14.00 WIB ibadah pembabtisan dimulai dengan pujian penyembahan dan kotbah. Selama ibadah berlangsung rasa suka cita yang amat besar menyelimuti hatiku. Tak terasa air mata suka cita menitik. Satu persatu kenangan akan masa-masa lalu yang suram yang terjadi sejak kecil muncul di pelupuk mataku. Namun satu hal, aku tidak bersedih lagi seperti sebelumnya bila mengingat kejadian itu. Sekarang yang ada adalah suka cita. Terjawab sudah apa yang menjadi kerinduanku selama ini. Ternyata selama ini aku merindukan berada di hadirat Tuhan dan merasakan jamahan kasih sayang seorang yang benar-benar menjadi Bapaku, itulah Tuhan Yesus. Puncak dari sukacitaku adalah ketika aku melangkah perlahan menuju kolam pembabtisan, di tenggelamkan dan bangkit kembali. Hari itu segala kerinduanku sudah dipuaskan. Segala bebanku di lepaskan. Tuhan telah ambil segala bebanku dan memberikan beban yang baru yang sangat enak dan ringan yaitu beban pelayanan. Jadi,benarlah apa yang tertulis dalam Matius 11:28-30 yang berbunyi begini :

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan."

Dan sejak hari itu kupersembahkan hidupku hanya bagi Tuhan. Aku mau melayani Dia seumur hidupku bagi hormat serta kemulianNya.